Minggu, 31 Maret 2013

[Part 9] FINDING THE SUSPECT


Setelah merasa perlu untuk mempublish cerita yang sudah berlembar2 tapi belum kelar ini, maka akhirnya part 9 aku rampungkan hari ini dan jadilah cerita di bawah ini hehe.. silahkan di baca *kayak ada yang mau baca aja* #nangisdipojokan hehe

Where Your Commitment Go?? [Part 1]



“Everybody's a dreamer”


Sahabatku dan Aku baru saja kembali dari sebuah penelitian yang kami lakukan untuk tugas sekolah. Temanya mengenai sosial. Kami memilih untuk membahas kehidupan orang-orang pinggiran di kota padat dan modern ini, masih banyak sekali penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Menyedihkan.

Yang kami lakukan hanya merangkum kehidupan mereka dalam sebuah tulisan dan juga foto, mewawancarai mereka untuk mendapat informasi. Terkadang kami mem- bawakan makanan yang menurut banyak orang makanan sederhana tapi bagi mereka, luar biasa jauh dari sederhana.

“kalian tau tidak? Banyak sekali anak-anak kecil di lingkungan kumuh itu?” tanyaku membuyarkan kebisuan diantara kami berempat. Teriknya matahari membuat kami malas untuk mengucapkan sepatah kata pun.

“iya, kenapa memangnya?”

“aku rasa mereka membutuhkan pendidikan yang layak juga” ucapku sekenanya.

“lalu?”

“masa tidak terfikirkan oleh kalian sih? Ya kita buat sarana mengajar untuk mereka dong” terangku.

“hmm nggak semudah itu tau”

“memang nggak mudah, tapi apa salahnya mencoba? Setiap orang boleh bermimpi kan, apa salahnya berusaha untuk mewujudkannya?”salah satu sahabatku mulai bicara. Aku mengangguk semangat. Benar sekali!, teriakku dalam hati.

Aku menunggu respon dari kedua sahabatku yang masih tampak berfikir. Mereka memang orang yang susah di bujuk. 


BERSAMBUNG



Assalamualaikum sahabat~ 
kali ini aku kembali lagi dengan cerita baru padahal masih banyak cerita yang belum terselesaikan *finding the suspect* hahaha

cerita ini diadaptasi dari kisah nyata #aelah bahasanya walaupun sedikit di ubah dan di lebih2 kan supaya feel nya dapet (?). Cerita ini sengaja di buat pendek dan di awal cerita bakal selalu ada quotes2 yang menginspirasi aku buat menulis :) oke sudah dulu deh, insya allah part 2 akan di publish secepatnya. 

Wasalamualaikum~

Kamis, 07 Maret 2013

KAKAP :3


Assalamualaikum wr.wb sahabat,

di malam yang sunyi ini #eeaa hehe aku berfikiran untuk memperkenalkan KAKAP itu sekaligus dengan menampilkan foto-foto saat mengajar karena lagi kangen banget sama mereka. Bayangkan 1 minggu tidak ngajar rasanya amat tidak tenang (haha lebay tapi serius loh ini)

KAKAP ini merupakan komunitas yang bergerak di bidang pendidikan yang ada di bawah sebuah yayasan. Disini kami mengajarkan anak-anak TK, SD, SMP, SMA dan kuliah (?) bohong deh kita cuma ngajarin anak SD dan sedikit anak TK. Di komunitas ini kita lebih mengutamakan ilmu agamanya tapi ilmu pengetahuan nya juga ada cuma masih belum terlaksana dengan baik hehe. Oh ya komunitas ini masih tergolong baru, tahun 2012 bersama dengan teman-teman setelah rapat di facebook (wkwk) akhirnya terbentuklah KAKAP ini. Anggotanya baru menjangkau anak-anak rohis di SMA karena memang ide ini muncul di kalangan akhwat rohis. Proses mengajar ini mulai dari senin sampai sabtu secara bergantian ngajarnya dan di laksanakan ba'da ashar.

Di bawah ini foto-foto saat aku dan teman-teman mengajar :D

T_T jadi kangen aduuhh bule imut banget sih kamu

     Mereka yang selalu narsis di depan kamera ckck

       begitu semangatnya saat membaca do'a sampai aku pusing denger mereka teriak-teriak gitu haha

                        Arya yang kalem, rajin dan baik hati yang suka minta latihan soal dan pr terus :)

 Umar yang berisik, suka nyapu dan udah bisa baca Al-qur'an loh subhanallah dan yang pernah mogok ngaji dengan Dea Syifa haha (peace loh de, tuh liat umar wkwk)        

 Enaknya di traktir es krim ya adek-adek sampe pamer begitu haha

 Aduh jangan malu-malu di foto wkwk lucu deh

                        
  Vadip.. kamu ngapain sih gaya begitu? ngaji dong :)

          Anak-anak yang di ajar KAKAP bersama dengan 2 mas-mas yang hmm ngapain ya kalian di situ? aduh jadi gimana gitu fotonya -_- (wakakak)


Aldino yang suka nyanyi nggak jelas dengan Reza yang suka malu-malu gitu deh tiap dipuji..


oke deh sekian dulu fotonya. Ini baru yang bisa terdeteksi oleh  kamera (?) foto-foto selanjutnya menyusul hehe kalau ada itu juga. Wasalamualaikum wr. wb.
Oyasuminasai~!

[Part 8] FINDING THE SUSPECT




“Akira kun” panggil Kazato. 

Ia mengangkat kepalanya dan menatap datar ke arahku. Tidak ada ekspresi. Aku heran melihatnya. Kemana Akira yang dulu bersemangat?

“Ayuka, apa yang kau lakukan disini?” tanyanya. Sifatnya sama sepertiku, persis.

“mencari tau apa yang sebenarnya terjadi”

“berhentilah. Sebelum terlambat” ia memberikan peringatan kepadaku. Aku masih berusaha mencerna maksud dari kata-katanya ketika ia bangkit berdiri untuk pergi. Aku menangkap pergelangan tangannya seraya berujar, “jangan harap kau bisa pergi sebelum kau menceritakan semuanya padaku”

Ia menggeleng, “terlalu beresiko. Dia terlalu berbahaya. Dia akan melakukan apapun untuk menutupi kebohongannya. Menyerahlah”

“akira, bicaralah yang jelas. Aku tidak mengerti maksudmu. Siapa sebenarnya yang sebut ‘dia’?”
“itulah yang perlu kau cari tahu sendiri”

“kau harus membantuku” pintaku.

“dan kau bisa menjamin kalau aku dan kedua adikku akan selamat kalau dia tau aku membocorkannya?”tanyanya. Aku menggeleng, yang ia katakan memang benar. Akan jadi bahaya untuk mereka. “tapi berikan aku sedikit petunjuk”

“pelajari semua kasus yang terjadi. Secara detail. Kapan kejadian itu terjadi”sarannya. Ia pergi begitu saja. Setelah lama tidak bertemu, dia bahkan tidak menyapa teman baiknya ini. Kenapa kasus ini harus membuat persahabatannya jadi suram..

“ayuka chan, kembalikan ponselku” ucap seseorang di sampingku. Tanpa fikir panjang aku memberikan ponselnya, malas untuk memulai perdebatannya. 

“kau mau pulang? Ayo”ajakku. Rasanya akan sia-sia aku menunggu Akira untuk buka mulut, sepertinya terlalu berbahaya untuknya. 

“secepat itu?”tanyanya bingung. Aku hanya mengangguk dan melangkahkan kaki keluar. Tak perlu menunggu ia untuk merespon lagi, toh aku bisa pulang sendiri. 

44 menit perjalanan di kereta ku gunakan untuk berfikir keras dan tak mengacuhkan perkataan Kazato yang terus mengganggu. 

“semua kasus terjadi tiap tahun. Kenapa ia meminta aku untuk mempelajarinya secara detail. Apa mungkin… kejadian itu selalu terjadi pada waktu yang sama?”tebakku. aku langsung mengeluarkan ponsel milikku, menelfon nomer yang sudah taka sing lagi. Ayah.

“mosi-mosi, apa ayah bisa kirimkan aku data-data siswa yang berhubungan dengan misteri ini? Ya ya aku mengerti…. Aku sudah bertemu dengannya tapi sia-sia…. Ya aku rasa juga begitu. Apa ayah bisa diam-diam mengecek data-data sekolah? mungkin kah ada yang ganjil? Ya aku mengerti, aku akan kembali besok pagi”

Aku menutup sambungan telfon sementara Kazato menatapku, penasaran. Aku membiarkannya, berusaha menyibukkan diri. Hingga akhirnya Kazato dan aku tiba di Tokyo Station.

“ayuka san..”panggilnya saat aku baru melangkah pergi. Aku hanya mengangkat asli, seakan menanyakan ada apa padanya.

“kalau kau tidak keberatan aku bisa membantumu.. untuk mencari tau siapa pelakunya” ucapnya. Aku mengangguk dan berkata, “ya beritahu aku kalau menemukan bukti apapun”.

aku berniat kembalik ke Kyoto esok pagi. Tapi entah kenapa, setibanya di rumah bibi aku merasa semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Kenapa Akira begitu tertutup padanya? 

Tadinya aku ingin kembali ke Kyoto hari ini juga. Tapi tak enak melihat bibi harus tinggal sendirian lagi. Bibi memang tinggal sendiri, sementara paman sudah lama meninggal dunia. Anak-anaknya pun jarang sekali mengunjunginya, sehari-hari ia hanya mengurus kebun anggur miliknya yang sudah ada dari puluhan tahun yang lalu. Sehingga ku putuskan untuk memanfaatkan hari ini untuk bersama bibi mulai dari memetik buah anggur sampai berbelanja kebutuhan pokok di pasar terdekat.

Senja mulai datang menyelimuti hari ini, langit berubah menjadi gelap gulita. Sementara bibi mengantarkan makanan yang kami buat ke rumah tetangga aku menyalakan laptopku. Ada email masuk dari ayah.

Terlihat di layar laptop foto-foto siswa yang menghilang beserta dengan keterangan pribadinya. “Misaki Aoyama, 26 Februari 2009. Shinichi Edogawa, 15 Mei 2010. Tanaka Ryosuke, 3 Desember 2011.. aku rasa tidak ada yang ganjil dari tanggal-tanggal itu. Ku pikir kejadiannya terjadi di tanggal yang sama. Hmm apa ada sesuatu dengan tanggal itu yah?” tanyaku pada diri sendiri. 

Aku mulai berfikir keras tapi bukan hasil yang ku dapat karena aku malah tertidur di kursi dengan tangan yang bertumpu pada meja kecil dimana aku meletakkan laptopku.

 Aku bangun pukul 5 pagi, mengepak pakaianku ke dalam tas. Karena tidak ingin tiba terlalu siang, aku berangkat 1 jam setelah aku bangun. Sebelum pergi aku berpamitan dengan bibi yang memberikan ku bekal cukup banyak dan pasti enak sekali. 

Ada keraguan dalam diriku untuk melanjutkan kasus ini. Aku tak pernah melihat Akira tertekan seperti itu. Orangtuanya di pecat dari tempat kerjanya dan memilih untuk pindah ke kampong halaman, membuatku yakin itu semua ulah pelaku. Dia pasti orang yang punya jabatan tinggi di dalam sekolah. atau mungkin? Tersangkanya orang luar tapi punya mata-mata dalam sekolah. Tapi apa tujuannya? Kenapa harus melibatkan siswa?


BERSAMBUNG

Rabu, 06 Maret 2013

[Part 7] FINDING THE SUSPECT



“kazato kun”. Laki-laki itu menghentikan langkahnya, terdiam. 

Dia tidak menoleh ke arahku sampai aku hendak memanggilnya, dia menoleh dengan ekspresi kaget. Aku tersenyum kesal, “jangan mencoba untuk lari. Ikut aku” perintahku. 

Aku memastikan dia berjalan di belakangku sementara Kazato terus mengomel sendiri menyadari kebodohannya.Terpaksa aku membatalkan pergi ke Komae, mendapatkan informasi langsung dari mata-mata Akira lebih menguntungkan. 
 
“jadi dia akan pergi ke Tachikawa?” tanyaku langsung, aku tidak suka harus berbasa basi. Dia tampak bingung. Harus menjawab atau tidak.

“kenapa kau membantunya? Apa hubunganmu dengan Akira? HEI! Jawab pertanyaanku” paksaku.

“benar kata Akira kau ini menakutkan kalau marah” ucapnya pasrah.

“jawab pertanyaanku, Kazato kun. Apa hubunganmu dengan Akira?”

“dia sepupuku”

“kenapa kau membantunya?”

“karena dia sepupuku” jawabnya singkat. Aku menjitak kepalanya keras, dia merintih kesakitan. 

“jawab yang benar. Atau kau mau pulang dengan keadaan mengenaskan? Bagaimana bisa kau membantunya?” 

“ceritanya panjang. Kau akan bosan setengah mati kalau harus mendengar dari awal” ia berkelit untuk memberitahuku.

“ceritakan aku dari awal” aku menekankan ucapan. Dia tampak menyerah. 

“mereka memaksa Akira untuk pindah sekolah. kedua orang tua Akira di pecat dari tempat kerjanya. Bukan cuma Akira tapi semua anak yang menghilang begitu saja dari sekolah. Ini bukan kasus penculikan apalagi pembunuhan. Tapi, ada yang sekolah sembunyikan dari kalian. Akira tidak memberitahuku apa maksudnya. Ada orang-orang yang selalu memata-matainya karena itu ia berusaha memendam rahasia”tuturnya. 

Aku hanya melongo mendengarkan penjelasannya. Ini jauh berbeda dari yang ku fikirkan.

“maksudmu mereka? Bukan hanya satu orang? Siapa saja itu?”tanyaku. dia menggeleng, “aku tidak tahu. Akira tidak mau mengatakannya. Sudah jelas kan?”

“bagaimana bisa di bilang jelas. Aku sama sekali belum tau siapa pelakunya. Dimana ponselmu?” 

“apa? Kenapa kau menanyakannya?”

 dia tampak bingung tapi tetap mengeluarkan ponsel miliknya dari kantong kemejanya. Aku mengambil ponsel itu, 

“besok kita berangkat ke Tachikawa. Jam 7 pagi temui aku disini. Ponsel ini akan ku kembalikan setelah aku berhasil menemukan Akira” kataku tanpa menghiraukan protes yang ia lontarkan. 

Aku hanya pura-pura tidak mendengarnya. Hari mulai gelap, aku memutuskan untuk pulang meninggalkan Kazato yang tidak terima ponselnya di ambil.

Ini hari ketigaku di Tokyo. Tapi aku sama sekali tidak punya waktu untuk menikmati kota Tokyo ini.

“selamat pagi,bi!” sapaku saat menuruni tangga. Ia tengah menyiapkan sarapan untukku.

“berangkat pagi lagi?” tanyanya. “masih belum menemukan Akira?” lanjutnya.

Aku hanya bisa menggeleng, mulutmu penuh dengan sarapan enak yang di buatnya. Kemarin aku terpaksa memberitahu apa yang sebenarnya aku lakukan yaitu mencari Akira. Awalnya dia terkejut dan marah-marah pada ayah karena membiarkan aku melakukannya.

“aku pergi dulu”pamitku. Seperti biasa, menunggu kereta tiba di Tokyo Station. Aku datang 15 menit sebelum jam 7. Memastikan bahwa Kazato akan datang. Lagipula ponselnya ka nada di tanganku. 

Aku melihat sosok yang ku kenal tengah berjalan ke arahku, aku tertawa senang melihat wajahnya yang kusut. Kereta datang lima menit setelah Kazato muncul. Perjalanan menuju Tachikawa sejauh 44 menit. Terlalu lama dan membosankan.

“jadi kapan ponselku akan kau kembalikan, hah?” tanyanya.

“sampai aku bertemu dengannya dan mendapatkan petunjuk darinya”

“hei, bagaimanapun itu ponselku. Bagaimana bisa kau mengambil milik orang lain tanpa izin. Kalau ada telfon ataupun sms penting, bagaimana? Kau mau..”

“Kazato-kun, jangan cerewet. Diam saja, kenapa aku harus bertemu dengan orang berisik seperti mu?”

“hah? Dan bagaimana bisa aku bertemu dengan cewek menyebalkan seperti mu?”ia balik menantangku. Aku semakin kesal padanya, baru saja aku mau membalas dengan ucapan pedas tapi ponselnya berbunyi. Nama Akira tertera di layar ponsel.

“kebetulan yang menguntungkan. Bilang padanya kau ingin menemuinya” aku memberikan ponsel ke arahnya, ia melirik siapa yang menelfon dan bergumam, “licik” yang hanya dib alas senyum olehku.

“ada apa?... aku sedang menuju Tachikawa. Ada yang ingin ku bicarakan. Apa? Ayuka?..... hmmm tidak… kenapa? Itu kan hanya mimpi kazato kun.. sudahlah, 15 menit lagi aku akan sampai…. Ya ya aku mengerti…” aku menyimak pembicaran mereka. Kazato menutup sambungan telfonnya,

“sepertinya ia punya firasat kalau aku membocorkan rahasianya padamu. Kalian ini seperti punya hubungan batin..” jelasnya. Aku tidak membalas perkataannya, memalingkan wajah ke luar kereta sambil menunggu kereta sampai di Tachikawa.

“jadi dimana kalian akan bertemu?”tanyaku saat melangkah keluar dari kereta. 

“ikut saja. Kita hanya perlu naik bis untuk sampai kesana”. Kami berdua naik bis, hanya menempuh beberapa menit untuk sampai di café tempat mereka akan bertemu.

“itu disana”

Kazato menunjuk bangunan kecil yang tak terlalu ramai oleh pengunjung. Aku bisa melihat siluit Akira, ia tidak melihat ke arah luar. Sibuk dengan dunianya sendiri, pasti membaca komik detektif atau mungkin horror.

“ayo” ucapnya. Aku berjalan mengikuti Kazato. Semakin mendekat ke arah Akira, semakin muncul rasa bersalah. Aku takut akan ada hal buruk yang menimpa dia bahkan pada tanaka maupun megumi.
 
“Akira kun” panggil Kazato. 



BERSAMBUNG
 

Shining Like Pearl Template by Ipietoon Cute Blog Design