Setelah merasa perlu untuk mempublish cerita yang sudah berlembar2 tapi belum kelar ini, maka akhirnya part 9 aku rampungkan hari ini dan jadilah cerita di bawah ini hehe.. silahkan di baca *kayak ada yang mau baca aja* #nangisdipojokan hehe
Dia pasti orang
yang punya jabatan tinggi di dalam sekolah. atau mungkin? Tersangkanya orang
luar tapi punya mata-mata dalam sekolah. Tapi apa tujuannya? Kenapa harus
melibatkan siswa?
Perjalanan dari
Tokyo ke Kyoto berjalan begitu cepat.
Nothing's
over.. Nothing's over..
Nothing's over..Nothing's over
Nothing's over..Nothing's over
Ponselku berbunyi, aku segera merogoh kantong celanaku
dan melihat siapa yang menelfon.
“nomer siapa ini?” tanyaku penasaran.
“moshi moshi”
ucapku setelah menerima sambungan telfon.
“yuka chan? Ini Kazato. Kau baru sampai di Kyoto kan? Apa
yang akan kau lakukan?”
“eh? Ayuka chan? Ish kapan aku membolehkan kau memanggil
seperti itu. eehh dari mana kau tahu aku pulang hari ini?” tanyaku bingung
sambil melangkah keluar kereta dan melewati kumpulan orang yang ingin menaiki
kereta tersebut.
“karena aku juga pulang hari ini. Ayuka chaann!!!” aku
segera menjauhkan telingaku dari layar ponsel.
Kenapa dia
tiba-tiba teriak sekencang itu? Tapi.. kok rasanya terdengar dari belakang,
batinku.
Aku pun membalikkan badan ke belakang dan benar saja,
sosok manusia pengganggu
itu tengah berdiri sambil melambaikan tangan ke arahku. “kazato kun! Kau
mengikutiku ya? Kenapa kau selalu mengikuti kemana aku pergi? hei! Jangan
bilang kalau kau stalker? apa yang kau mau hah???” teriakku kesal sementara aku
terus memukulnya dengan tas.
Ia merintih kesakitan, “yuka chan hei hei.. aku tidak
punya maksud buruk. Aaww sakit sekali.. hei.. bisa kah kau tenang sedikit?” Aku
menghela nafas dan berhenti memukulinya, terpaksa setelah melihat kalau aku dan
kazato jadi pusat perhatian orang-orang yang lewat.
“biarkan aku menjelaskannya dulu, oke?” pinta Kazato
dengan penekanan. Seakan aku harus mengikuti apa yang ia perintahkan.
“ayo kita cari tempat yang enak untuk bicara” lanjutnya.
Ia pun berjalan begitu saja sementara aku mengekor di belakangnya.
“aku sama sekali tidak bermaksud mengikutimu. Tapi aku
penasaran dengan apa yang akan kau lakukan hehe setidaknya kau akan butuh
seseorang yang lebih kuat untuk membantumu dalam bahaya, seperti aku ini”
“lebih baik jangan ikut campur. Berbahaya” ucapku dengan maksud
ia tidak perlu merasa ia harus ikut campur dalam kasus ini.
“hei aku kan bukan Akira.. maksudku ya aku berani
mengambil konsekuensinya. Jangan salah paham. Akira hanya...”
“aku rasa kau belum tau Akira itu seperti apa. Jangan
pernah bicara seenaknya, walaupun kau sepupunya” potongku, merasa apa yang dia
bicarakan terlalu berlebihan. Ia tampak merasa bersalah sehingga terus diam
sepanjang perjalanan dalam bis.
Bis berhenti di tempat pemberhentian dekat sekolah, 200
meter dari sekolah. “aku mau ke sekolah dulu. Mau ikut?” ajakku sebelum turun.
Ia langsung menoleh ke arahku dan sesegera mungkin menyusulku yang akan turun
dari bis.
“untuk apa ke sekolah?” tanyanya saat kami berjalan
menuju sekolah. sepi sekali.
“entahlah. Hanya ingin saja”. Dari kejauhan sebuah mobil
tiba-tiba muncul dari arah berlawanan dimana mereka berjalan, tepatnya dari
gerbang sekolah. aku mengernyitkan dahi, berusaha mengenali pemilik mobil
tersebut.
“kepala sekolah” ucap Kazato pelan. “kepala sekolah?”
tanyaku memastikan. Dia hanya mengangguk.
Kenapa aku
merasa ada yang aneh ya, ucapku dalam hati.
BERSAMBUNG

0 komentar:
Posting Komentar