Senin, 25 Februari 2013

[Part 5] FINDING THE SUSPECT



DEG. Dari jauh, aku bisa mengenalinya. Sangat mengenalinya. Sosok yang sedang berjalan santai, mendekat ke arahku. 

“KAZATO!! Mau apa kau disini? HAH? Kenapa kau bisa ada disini?! Jawab pertanyaanku”teriakku kencang tanpa memperdulikan tatapan aneh orang-orang. Rasa kesal ku sudah naik ke ubun-ubun. Bagaimana bisa cowok kutu buku itu ada disini?

Aku sudah memelototinya dengan tatapan tak suka tapi dia malah menyengir tidak jelas. “hehe aku sedang sedikit berlibur” ucapnya dengan membentuk huruf V dengan tangannya, 

“berlibur? Lalu apa yang kau lakukan disini? Berkeliaran di kawasan sekolah kau bilang berlibur?” tanyaku to the point. Dia tampak bingung menjawabnya. Aku yakin kalau dia mendengar pembicaraan ayah denganku, dan dia memang bermaksud mengikutiku.

“kau mengikutiku kan?”tanyaku lagi. “aku benar-benar tidak suka orang yang mencampuri urusan orang lain. kalau kau juga tertarik dengan kasus ini, maka cari cara lain bukan malah mengikutiku”lanjutku tegas dan sedikit kejam mungkin tapi aku benci harus bersama dengan orang lain saat memecahkan kasus. Tapi Akira adalah pengecualian. 

Dia hanya mengangguk dan menghela nafas. Perlahan dia berjalan menjauh dariku, aku bernafas lega dan berusaha fokus mencari Akira. 

“eh?” 

aku bingung melihat tatapan orang-orang yang lewat dan mereka menertawakan aku. Ya ampun aku lupa kalau tadi berteriak-teriak, memalukan sekali, ucapku dalam hati. Aku menutup wajahku dengan masker, perutku sudah berbunyi karena aku belum sarapan, akhirnya aku memutuskan untuk membeli makanan dan berjalan-jalan di sekitar sekolah sampai mereka pulang. 


“kak, sepertinya aku ketahuan. Aku harus bagaimana? Apa dia tidak curiga?” tanya seseorang lewat ponsel tak jauh dari tempat seorang gadis berdiri tadi. Laki-laki itu masih bisa melihat siluit gadis itu yang tak lama berbelok di persimpangan jalan.
“haha aku melihat dia memarahimu. Sama sekali belum berubah. Pastikan saja kau gagalkan rencananya. Paham?”peintah seseorang di seberang sana.
“apa tidak apa-apa?”
“ini demi kebaikannya. Sudah ya, kelas sebentar lagi dimulai. Aku akan menelfonmu lagi” tutur orang tersebut memutuskan sambungan telfon. Laki-laki itu kemudian masuk ke dalam kelas.

Gadis itu terus menghentakkan kakinya, sambil melirik ke gerbang sekolah yang tadi pagi ia kunjungi. kemeja kotak-kotak dan celana gunung putihnya yang tadi ia beli sudah di pakai olehnya—ia sengaja menyamarkan diri agar tak ada yang mengenalinya dan lebih tepatnya menghindar dari Kazato yang terus mengikutinya. 

“kenapa ya kazato mengikutiku?” tanyanya pada diri sendiri, penasaran. 

Tak selang berapa lama, bel pulang berbunyi diikuti murid-murid yang berhamburan keluar sekolah.  Aku memusatkan penglihatanku ke arah mereka, menatap satu-satu murid laki-laki, tapi tak satupun aku bisa menemukan Akira. Lima belas menit aku berdiri tapi belum juga ku temukan dirinya. Apa mungkin dia tidak bersekolah disini ya? Apa mungkin di Shibuya? Ya ampun aku sudah sejauh ini, tapi tidak menemukan hasil apa-apa. 

Aku memutuskan untuk kembali ke Tokyo, aku rasa dia memang tidak disini. Tapi entah kenapa aku yakin sekali dia ada di Komae, pertemuanku dengan Kazato seakan bukti bahwa aku pergi ke tempat yang benar—aku tidak mengerti kenapa begitu, aku hanya yakin kalau Akira tinggal di Komae. 

“Akira kun, kau mau kemana?”

“Akira kun, hari minggu besok apakah kau sibuk?”

“Akira kun, ayo pulang bersamaku”

Aku terdiam mendengar nama itu. Akira. Aku membalikan badan—yang tadinya melangkah pulang menjadi menghadap segerombolan gadis yang berkumpul di satu titik, aku tidak bisa dengan jelas siapa yang tengah mereka rebutkan. Aku yakin mereka menyebut-nyebut nama Akira

Drrttt… Drrtttt… 

“aiisshh, siapa sih?” aku melirik ke arah ponselku, melihat nama ayah di layar ponsel dan mau tak mau harus menjawab telfon dari ayah sambil terus mengamati gadis-gadis—yang menyebut nama Akira. 

“yuka-chan? Ayah baru mendapat informasi tentang keberadaan Megumi Yamato” ucapnya sesaat setelah aku menerima telfonnya.

“mereka ada dimana? Komae?” 

“bukan, tapi di distrik Shibuya”

“Shibuya?”gumamku pelan.

“Akira kun!!!” teriak gadis gadis berisik itu. Aku melihat seorang laki-laki dengan kacamata tebal berlari menghindar dari mereka. Sekilas, aku berfikir itu Akira. Tapi Dia tidak suka memakai kacamata. Terlebih lagi, kenyataan bahwa mereka ada di Shibuya.

Aku mengurungkan niat untuk pulang. Sudah jam 4 sore, langit sudah mulai berwarna orange yang indah. Suasana sore hari memang selalu membuatku takjub. Aku memilih untuk duduk-duduk di taman dekat Komae High School sebelum pulang ke rumah bibi. 

Suara burung berkicau mengacaukan tidurku. Pagi mulai datang, terlalu cepat menurutku. Kupaksaan diriku untuk bangun, mencuci muka dan gosok gigi. Aku mengambil tas yang tadi malam ku letakkan begitu saja, berjalan keluar rumah. Memulai pencarian hari ini. Hiroo High School.

Hanya butuh sekitar 14 menit perjalanan dari Tokyo ke Shibuya. Aku mulai mencari apartemen yang ditempati oleh Akira dan kedua adiknya. Tidak butuh waktu lama untuk menemukannya, apartemen ini kurasa cukup terkenal. Bangunannya terlihat bagus dan sederhana. Aku menunggu di sebuah kursi di dekat halaman apartemen bercat abu-abu itu, menunggu sampai Akira dan kedua adiknya, Tanaka dan Megumi muncul. Jam 08.00. hmm sepertinya mereka..




“Tanaka!! Ayo cepat! Kita bisa telat!!"teriak seorang gadis sambil menarik bocah laki-laki yang berusaha memakai dasinya yang belum terpakai. Tanaka dan Megumi. Ya, itu mereka. Aku tersenyum senang, sambil berjalan di belakang mereka. Dengan topi dan kacamata tebal yang ku pakai ini mereka tidak akan mengenalku. 
 

“tapi, kemana Akira? Ya ampun kenapa aku malah mengikuti mereka, bukan menunggu Akira? Aiissh bodohnya” aku menggerutu kesal. 

“Kak Ayuka??!!!” teriak kaget seseorang di depanku, bocah laki-laki itu tepatnya   

Tanaka terkaget melihat kehadiranku. Aku hanya bisa tersenyum kikuk dan mereka malah berlari lebih kencang. 

BERSAMBUNG

0 komentar:

Posting Komentar

 

Shining Like Pearl Template by Ipietoon Cute Blog Design