Rabu, 06 Maret 2013

[Part 7] FINDING THE SUSPECT



“kazato kun”. Laki-laki itu menghentikan langkahnya, terdiam. 

Dia tidak menoleh ke arahku sampai aku hendak memanggilnya, dia menoleh dengan ekspresi kaget. Aku tersenyum kesal, “jangan mencoba untuk lari. Ikut aku” perintahku. 

Aku memastikan dia berjalan di belakangku sementara Kazato terus mengomel sendiri menyadari kebodohannya.Terpaksa aku membatalkan pergi ke Komae, mendapatkan informasi langsung dari mata-mata Akira lebih menguntungkan. 
 
“jadi dia akan pergi ke Tachikawa?” tanyaku langsung, aku tidak suka harus berbasa basi. Dia tampak bingung. Harus menjawab atau tidak.

“kenapa kau membantunya? Apa hubunganmu dengan Akira? HEI! Jawab pertanyaanku” paksaku.

“benar kata Akira kau ini menakutkan kalau marah” ucapnya pasrah.

“jawab pertanyaanku, Kazato kun. Apa hubunganmu dengan Akira?”

“dia sepupuku”

“kenapa kau membantunya?”

“karena dia sepupuku” jawabnya singkat. Aku menjitak kepalanya keras, dia merintih kesakitan. 

“jawab yang benar. Atau kau mau pulang dengan keadaan mengenaskan? Bagaimana bisa kau membantunya?” 

“ceritanya panjang. Kau akan bosan setengah mati kalau harus mendengar dari awal” ia berkelit untuk memberitahuku.

“ceritakan aku dari awal” aku menekankan ucapan. Dia tampak menyerah. 

“mereka memaksa Akira untuk pindah sekolah. kedua orang tua Akira di pecat dari tempat kerjanya. Bukan cuma Akira tapi semua anak yang menghilang begitu saja dari sekolah. Ini bukan kasus penculikan apalagi pembunuhan. Tapi, ada yang sekolah sembunyikan dari kalian. Akira tidak memberitahuku apa maksudnya. Ada orang-orang yang selalu memata-matainya karena itu ia berusaha memendam rahasia”tuturnya. 

Aku hanya melongo mendengarkan penjelasannya. Ini jauh berbeda dari yang ku fikirkan.

“maksudmu mereka? Bukan hanya satu orang? Siapa saja itu?”tanyaku. dia menggeleng, “aku tidak tahu. Akira tidak mau mengatakannya. Sudah jelas kan?”

“bagaimana bisa di bilang jelas. Aku sama sekali belum tau siapa pelakunya. Dimana ponselmu?” 

“apa? Kenapa kau menanyakannya?”

 dia tampak bingung tapi tetap mengeluarkan ponsel miliknya dari kantong kemejanya. Aku mengambil ponsel itu, 

“besok kita berangkat ke Tachikawa. Jam 7 pagi temui aku disini. Ponsel ini akan ku kembalikan setelah aku berhasil menemukan Akira” kataku tanpa menghiraukan protes yang ia lontarkan. 

Aku hanya pura-pura tidak mendengarnya. Hari mulai gelap, aku memutuskan untuk pulang meninggalkan Kazato yang tidak terima ponselnya di ambil.

Ini hari ketigaku di Tokyo. Tapi aku sama sekali tidak punya waktu untuk menikmati kota Tokyo ini.

“selamat pagi,bi!” sapaku saat menuruni tangga. Ia tengah menyiapkan sarapan untukku.

“berangkat pagi lagi?” tanyanya. “masih belum menemukan Akira?” lanjutnya.

Aku hanya bisa menggeleng, mulutmu penuh dengan sarapan enak yang di buatnya. Kemarin aku terpaksa memberitahu apa yang sebenarnya aku lakukan yaitu mencari Akira. Awalnya dia terkejut dan marah-marah pada ayah karena membiarkan aku melakukannya.

“aku pergi dulu”pamitku. Seperti biasa, menunggu kereta tiba di Tokyo Station. Aku datang 15 menit sebelum jam 7. Memastikan bahwa Kazato akan datang. Lagipula ponselnya ka nada di tanganku. 

Aku melihat sosok yang ku kenal tengah berjalan ke arahku, aku tertawa senang melihat wajahnya yang kusut. Kereta datang lima menit setelah Kazato muncul. Perjalanan menuju Tachikawa sejauh 44 menit. Terlalu lama dan membosankan.

“jadi kapan ponselku akan kau kembalikan, hah?” tanyanya.

“sampai aku bertemu dengannya dan mendapatkan petunjuk darinya”

“hei, bagaimanapun itu ponselku. Bagaimana bisa kau mengambil milik orang lain tanpa izin. Kalau ada telfon ataupun sms penting, bagaimana? Kau mau..”

“Kazato-kun, jangan cerewet. Diam saja, kenapa aku harus bertemu dengan orang berisik seperti mu?”

“hah? Dan bagaimana bisa aku bertemu dengan cewek menyebalkan seperti mu?”ia balik menantangku. Aku semakin kesal padanya, baru saja aku mau membalas dengan ucapan pedas tapi ponselnya berbunyi. Nama Akira tertera di layar ponsel.

“kebetulan yang menguntungkan. Bilang padanya kau ingin menemuinya” aku memberikan ponsel ke arahnya, ia melirik siapa yang menelfon dan bergumam, “licik” yang hanya dib alas senyum olehku.

“ada apa?... aku sedang menuju Tachikawa. Ada yang ingin ku bicarakan. Apa? Ayuka?..... hmmm tidak… kenapa? Itu kan hanya mimpi kazato kun.. sudahlah, 15 menit lagi aku akan sampai…. Ya ya aku mengerti…” aku menyimak pembicaran mereka. Kazato menutup sambungan telfonnya,

“sepertinya ia punya firasat kalau aku membocorkan rahasianya padamu. Kalian ini seperti punya hubungan batin..” jelasnya. Aku tidak membalas perkataannya, memalingkan wajah ke luar kereta sambil menunggu kereta sampai di Tachikawa.

“jadi dimana kalian akan bertemu?”tanyaku saat melangkah keluar dari kereta. 

“ikut saja. Kita hanya perlu naik bis untuk sampai kesana”. Kami berdua naik bis, hanya menempuh beberapa menit untuk sampai di café tempat mereka akan bertemu.

“itu disana”

Kazato menunjuk bangunan kecil yang tak terlalu ramai oleh pengunjung. Aku bisa melihat siluit Akira, ia tidak melihat ke arah luar. Sibuk dengan dunianya sendiri, pasti membaca komik detektif atau mungkin horror.

“ayo” ucapnya. Aku berjalan mengikuti Kazato. Semakin mendekat ke arah Akira, semakin muncul rasa bersalah. Aku takut akan ada hal buruk yang menimpa dia bahkan pada tanaka maupun megumi.
 
“Akira kun” panggil Kazato. 



BERSAMBUNG

0 komentar:

Posting Komentar

 

Shining Like Pearl Template by Ipietoon Cute Blog Design