Kamis, 07 Maret 2013

[Part 8] FINDING THE SUSPECT




“Akira kun” panggil Kazato. 

Ia mengangkat kepalanya dan menatap datar ke arahku. Tidak ada ekspresi. Aku heran melihatnya. Kemana Akira yang dulu bersemangat?

“Ayuka, apa yang kau lakukan disini?” tanyanya. Sifatnya sama sepertiku, persis.

“mencari tau apa yang sebenarnya terjadi”

“berhentilah. Sebelum terlambat” ia memberikan peringatan kepadaku. Aku masih berusaha mencerna maksud dari kata-katanya ketika ia bangkit berdiri untuk pergi. Aku menangkap pergelangan tangannya seraya berujar, “jangan harap kau bisa pergi sebelum kau menceritakan semuanya padaku”

Ia menggeleng, “terlalu beresiko. Dia terlalu berbahaya. Dia akan melakukan apapun untuk menutupi kebohongannya. Menyerahlah”

“akira, bicaralah yang jelas. Aku tidak mengerti maksudmu. Siapa sebenarnya yang sebut ‘dia’?”
“itulah yang perlu kau cari tahu sendiri”

“kau harus membantuku” pintaku.

“dan kau bisa menjamin kalau aku dan kedua adikku akan selamat kalau dia tau aku membocorkannya?”tanyanya. Aku menggeleng, yang ia katakan memang benar. Akan jadi bahaya untuk mereka. “tapi berikan aku sedikit petunjuk”

“pelajari semua kasus yang terjadi. Secara detail. Kapan kejadian itu terjadi”sarannya. Ia pergi begitu saja. Setelah lama tidak bertemu, dia bahkan tidak menyapa teman baiknya ini. Kenapa kasus ini harus membuat persahabatannya jadi suram..

“ayuka chan, kembalikan ponselku” ucap seseorang di sampingku. Tanpa fikir panjang aku memberikan ponselnya, malas untuk memulai perdebatannya. 

“kau mau pulang? Ayo”ajakku. Rasanya akan sia-sia aku menunggu Akira untuk buka mulut, sepertinya terlalu berbahaya untuknya. 

“secepat itu?”tanyanya bingung. Aku hanya mengangguk dan melangkahkan kaki keluar. Tak perlu menunggu ia untuk merespon lagi, toh aku bisa pulang sendiri. 

44 menit perjalanan di kereta ku gunakan untuk berfikir keras dan tak mengacuhkan perkataan Kazato yang terus mengganggu. 

“semua kasus terjadi tiap tahun. Kenapa ia meminta aku untuk mempelajarinya secara detail. Apa mungkin… kejadian itu selalu terjadi pada waktu yang sama?”tebakku. aku langsung mengeluarkan ponsel milikku, menelfon nomer yang sudah taka sing lagi. Ayah.

“mosi-mosi, apa ayah bisa kirimkan aku data-data siswa yang berhubungan dengan misteri ini? Ya ya aku mengerti…. Aku sudah bertemu dengannya tapi sia-sia…. Ya aku rasa juga begitu. Apa ayah bisa diam-diam mengecek data-data sekolah? mungkin kah ada yang ganjil? Ya aku mengerti, aku akan kembali besok pagi”

Aku menutup sambungan telfon sementara Kazato menatapku, penasaran. Aku membiarkannya, berusaha menyibukkan diri. Hingga akhirnya Kazato dan aku tiba di Tokyo Station.

“ayuka san..”panggilnya saat aku baru melangkah pergi. Aku hanya mengangkat asli, seakan menanyakan ada apa padanya.

“kalau kau tidak keberatan aku bisa membantumu.. untuk mencari tau siapa pelakunya” ucapnya. Aku mengangguk dan berkata, “ya beritahu aku kalau menemukan bukti apapun”.

aku berniat kembalik ke Kyoto esok pagi. Tapi entah kenapa, setibanya di rumah bibi aku merasa semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Kenapa Akira begitu tertutup padanya? 

Tadinya aku ingin kembali ke Kyoto hari ini juga. Tapi tak enak melihat bibi harus tinggal sendirian lagi. Bibi memang tinggal sendiri, sementara paman sudah lama meninggal dunia. Anak-anaknya pun jarang sekali mengunjunginya, sehari-hari ia hanya mengurus kebun anggur miliknya yang sudah ada dari puluhan tahun yang lalu. Sehingga ku putuskan untuk memanfaatkan hari ini untuk bersama bibi mulai dari memetik buah anggur sampai berbelanja kebutuhan pokok di pasar terdekat.

Senja mulai datang menyelimuti hari ini, langit berubah menjadi gelap gulita. Sementara bibi mengantarkan makanan yang kami buat ke rumah tetangga aku menyalakan laptopku. Ada email masuk dari ayah.

Terlihat di layar laptop foto-foto siswa yang menghilang beserta dengan keterangan pribadinya. “Misaki Aoyama, 26 Februari 2009. Shinichi Edogawa, 15 Mei 2010. Tanaka Ryosuke, 3 Desember 2011.. aku rasa tidak ada yang ganjil dari tanggal-tanggal itu. Ku pikir kejadiannya terjadi di tanggal yang sama. Hmm apa ada sesuatu dengan tanggal itu yah?” tanyaku pada diri sendiri. 

Aku mulai berfikir keras tapi bukan hasil yang ku dapat karena aku malah tertidur di kursi dengan tangan yang bertumpu pada meja kecil dimana aku meletakkan laptopku.

 Aku bangun pukul 5 pagi, mengepak pakaianku ke dalam tas. Karena tidak ingin tiba terlalu siang, aku berangkat 1 jam setelah aku bangun. Sebelum pergi aku berpamitan dengan bibi yang memberikan ku bekal cukup banyak dan pasti enak sekali. 

Ada keraguan dalam diriku untuk melanjutkan kasus ini. Aku tak pernah melihat Akira tertekan seperti itu. Orangtuanya di pecat dari tempat kerjanya dan memilih untuk pindah ke kampong halaman, membuatku yakin itu semua ulah pelaku. Dia pasti orang yang punya jabatan tinggi di dalam sekolah. atau mungkin? Tersangkanya orang luar tapi punya mata-mata dalam sekolah. Tapi apa tujuannya? Kenapa harus melibatkan siswa?


BERSAMBUNG

0 komentar:

Posting Komentar

 

Shining Like Pearl Template by Ipietoon Cute Blog Design