“cari tau keberadaan Akira”perintahnya.
Aku mengangguk pelan,
“eh?Akira?” tanyaku kaget seakan baru tersadar.
Ayah mengangguk, “dia
satu-satunya korban yang dekat denganmu. Walaupun dia memalsukan identitasnya,
kau pasti bisa menemukannya. Besok dan lusa, sekolah akan diliburkan. Kau bisa
memanfaatkan waktu itu untuk pergi ke Tokyo” jelasnya. Kamis, jumat, sabtu dan
minggu. Ya aku punya 4 hari. Aku pasti bisa “tapi, ayah tau dari mana kalau ia
ada di Tokyo”
“Tokyo adalah pusat keramaian dimana sangat sulit untuk melacak keberadaan
seseorang dengan populasi yang begitu banyak. Kau bisa kan melakukannya?
Sendirian? Kau bisa menginap di rumah bibimu”
Aku mengangguk mantap dan mengiyakan tugas ini sebelum kembali ke kelas
yang masih saja gaduh. Aku membayangkan betapa serunya misi ini.
Hari ini berlalu dengan cepat. Aku memasukkan
pakaian dan barang-barang yang ku anggap penting ke dalam ransel cokelat. Karena
aku menginap di rumah bibiku aku tidak membutuhkan banyak uang. Besok aku akan
berangkat diantar ayah yang akan memberiku sedikit informasi dan selebihnya aku
harus berjuang sendiri.
“kau siap?” tanya ayah saat aku membuka pintu mobil, memasukkan tas ransel
ku dan memaksa tubuhku sendiri untuk masuk. Aku menggerutu kesal, “ayah kan
sudah ku bilang jangan sepagi ini. Ini masih jam 6 pagi”
“supaya kau bisa terbiasa bangun pagi” ucapnya diiringi dengan tawa. Aku
hanya bisa tersenyum kecut, membiarkan diriku masuk lagi ke alam mimpi tapi
kemudian bangun kembali. Perjalanan Kyoto-tokyo memakan waktu lima jam lebih. Aku mengedarkan pandangan ke luar mobil. Melihat jalanan bebatuan sempit
yang kami lewati sampai ayah memberhentikan mobilnya.
“rumah bibi?” tanyaku meyakinkan yang hanya dibalas anggukan dari ayah.
Sudah dua tahun aku tidak mengunjungi rumah ini, rasanya banyak sekali yang
berbeda. Aku turun dari mobil, meregangkan tanganku. Seorang wanita paruh baya
keluar dari rumah bercat biru terang tersebut menyunggingkan senyum hangat,
“yukaaa chan” teriaknya. Aku tak kalah semangat bertemu dengannya.
Aku merangkul tas ranselku ke dalam, sementara
ayah berjalan duluan di depan ku. Setelah menunjukkan kamar untukku, bibi
mempersiapkan cemilan sementara ayah dan aku berjalan-jalan di sekitar kebun
anggur yang luas.
“berhati-hati agar bibimu tidak tahu akan hal ini, oke?” tanyanya yang
dibalas anggukan olehku.
“yang pertama harus kau lakukan, mendatangi beberapa sekolah dan memastikan
apakah Akira ada disana atau tidak. Ayah sudah mencantumkan nama-nama sekolah
yang harus kau datangi. Dan ayah baru saja mendapatkan informasi kalau Akira
tinggal di distrik Shibuya bersama dengan kedua adiknya, bukan dengan
orangtuanya. Tapi ayah tidak yakin informasi itu benar,sepertinya dia
berpindah-pindah tempat. Selain Shibuya,kau harus mencarinya di Komae” aku mendengarkan penuturan ayah,
menyimpannya dalam ingatanku. Mulai besok aku akan melakukan pencarian dari
titik terjauh, Komae High
School. Semoga aku bisa menemukannya, harapku dalam hati.
Kriiinngg…. Kriiinngg….
Aku sengaja memasang alarm tepat pukul enam pagi.
Ya, hari ini aku akan ke Komae High School. Sekolah mulai jam 08.30 sementara
perjalanan dari Tokyo ke Komae membutuhkan sekitar 30 menit. Aku harus
bersiap-siap sebelum berangkat dengan kereta.
“yuka kau mau kemana? Kenapa membawa ranselmu?” tanya bibi yang melihatku
turun dari tangga, sudah rapih dengan hoodie biru muda dipadukan dengan celana
jeans.
“hehe ingin jalan-jalan”
“sepagi ini?” tanyanya kaget. Ya, aku tau mengherankan melihatku bangun sepagi
ini. Bagiku jam enam pagi itu masih terhitung dini pagi. Haha
“iya. Udara pagi benar-benar sejuk,bi. Aku pergi dulu. Daahh” pamitku. Aku
meluncur ke luar rumah. Stasiun kereta tidak jauh dari rumah bibi, hanya
sekitar lima menit berjalan. Aku masuk menuju stasiun yang cukup ramai, ya,
benar-benar ramai sekali. Aku memesan tiket menuju Komae, duduk di barisan kiri
paling pojok. Sambil membaca novel The Hunter.
30 menit berlalu dan kini aku berdiri di depan
Komae High School,diam-diam melihat murid-murid yang bersiap masuk sekolah. aku
berdiri di dekat pohon besar-sehingga tidak terlihat jelas oleh mereka.
Aku memperhatikan seksama wajah murid yang berlalu.
DEG. Dari jauh, aku bisa mengenalinya. Sangat mengenalinya. Sosok yang
sedang berjalan santai, yang tidak melihat ke arahku. Namun, beberapa detik kemudian ia menatapku.
BERSAMBUNG

0 komentar:
Posting Komentar